Saturday, April 27

Bangkit Olah Air Kelapa hingga Beromzet Ratusan Juta Rupiah

Untuk enok sri kurniasih (46). Masyarakat daerah citaman. Dusun cicapar. Kecamatan banjarsari. Ciamis. Jawa barat ini. Keberhasilan mengurus produk minuman nata de coco sekarang ini. Bukan mendapat durian roboh.

Kebatasan fisik yang dirasakan teh nia. Panggilan dekat enok. Setelah bencana kecelakaan 25 tahun kemarin. Membuat usahanya dalam raih keberhasilan tidak gampang.

“mahfum sampai sekarang masihlah ada diskriminasi untuk mereka yang kekurangan fisik seperti saya.” katanya. Dalam percakapan hangatnya dengan mass media. Waktu lawatan kerja partner binaan bank indonesia (bi). Senin (9/11/2020).

Memakai merk dagang naza. Akronim dari nama ke-2 anaknya nabil serta zaki. Usaha rumahan ini perlahan-lahan dengan tentu berkembang. Keberhasilan nia mulai diakui banyak faksi. Terhitung jadi motivator untuk beberapa difabel supaya bangun dari kemerosotan.

“jika saya tidak berdikari bagaimana saya dapat survive.” tutur ia berikan motivasi.

Jalan hidup yang nia alami benar-benar tidak gampang. Tapi meski begitu ia tidak kalah pada takdir yang diberi si khalik.

Usaha olahan nata de coco pada akhirnya dia mengambil selaku usaha awalnya penghasilan tambahan keluarga. “siangnya saya kerja. Malamnya bersama suami memproses bahan.” katanya.

Opsi itu bukan tidak fundamental. Melimpahnya bahan landasan sampah air kelapa di pasar tradisionil. Dan pohon kelapa punya masyarakat. Membuat ditantang memproses bahan makanan dari kelapa itu.

“indonesia itu salah satunya negara pemroduksi kelapa paling besar dunia. Bahan baku air kelapa ada setiap waktu.” tutur ia.

Beberapa gagasan juga diatur. Sekitar 400 nampan sisa dia membeli. Hasil modal batalan bersama suami di awal 2001 lalu. “saya tidak punyai pegawai. Semuanya saya lakukan berdua bersama suami.” katanya.

Gayung bersambut. Pengalaman yang dia dapatkan sepanjang enam tahun jadi pegawai. Waktu menolong kakak ponakannya jalankan bisnis nata de coco. Cukup berguna.

“binis nata de coco itu ialah usaha mikroba. Bisa saja 10. 100. Atau bahkan juga 1.000.” katanya.

Bahkan juga diperjalanan seterusnya. Bahan baku dari olahan air kelapa itu. Diperlukan untuk bidang industri non food seperti bahan kertas. Tekstil. Monitor lcd. Dan sebagainya.

“asal barangnya ada. Pangsa pasarnya benar-benar luas. Banyak yang memerlukan.” tutur ia sedikit share.

Spesial usaha makanan yang dia lakukan sekarang ini. Telah ada banyak produk yang diproses. Mulai minuman alami nata de coco. Sampai bahan kombinasi minuman lain. “saya telah coba digabung dengan honje minuman memiliki bahan lokal. Rasa-rasanya nikmat.” katanya.

Akhirnya. Dalam beberapa peristiwa berlibur panjang seperti idul fitri serta yang lain. Keinginan juga naik berarti. “terkadang tidak dapat kita penuhi karena kekuatan kita yang terbatas.” katanya.

Sekarang. Sesudah memperoleh binaan dari bank indonesia semenjak 2014 lalu. Rintisan usaha yang berumur nyaris dua dasawarsa lalu itu. Lagi memperlihatkan tajinya.

“bi itu tidak memberi ikannya tetapi kailnya. Banyak faedahnya khususnya masalah kedisiplinan serta semangat kerja bagaimana hadapi customer.” katanya.

Produknya juga bukan hanya jadi pimpinan pasar di ciamis. Tapi telah memasuki daerah lain. Sebutlah saja produk buatan wong koko lampung. Selanjutnya bekasi. Bogor. Cianjur. Berbaris kiriman bahan baku nata de coco naza.

“insya allah dalam kurun waktu dekat pabrik kami selekasnya dikunjungi bpom untuk mengetes kualitas.” katanya.

Kepala perwakilan bank indonesia tasikmalaya darjana memandang. Perolehan yang dirasa barisan usaha nata de coco ‘naza’. Adalah kerja hasil keras mereka. Dalam mewujudkan tiap mimpinya.

“saya menyaksikan wiraswasta muda khususnya ibu-ibu itu open minded. Ia ingin terima saran serta ingin belajar.” katanya.

Dengan usaha itu. Tiap training yang diberi dari bi. Sanggup diolah dengan bagus untuk hasilkan produk yang bermutu.

“ia produk herbal yang permohonannya semakin tinggi itu kunci dari kesuksesannya.” katanya.

Perjuangan nia dalam raih harapan keberhasilan bukan kasus mudah laiknya mengubah tangan. Bencana kecelakan jalan raya di tanjankan alas roban 1995 lalu mengganti segala hal. “pokoknya dari bencana itu mengajar bagaimana saya dapat berdikari.” katanya.

Memakai sesudah pakaian muslimah berkerudung. Plus tangan bikinan. Nia tidak malu share narasi di muka kelompok reporter yang datang.

Waktu itu. Nia muda yang sedang duduk di semester v di salah satunya kampus swasta di kota kembang bandung. Merencanakan mengikut aktivitas kemping bakti budaya nasional.

Celaka mobil yang bawa kelompok masuk jurang. Sampai mengakibatkan beberapa korban. Terhitung dianya.

“tangan kanan saya putus saat itu juga. Terserang patahan besi serta pecahan kaca kendaraan.” katanya kenang kembali.

Brak. Hati patah semangat serta pesimis juga saat itu juga langsung membuntuti dianya. Keinginan jadi abdi negara selaku karyawan negeri sipil (pns). Pada akhirnya gagal sesudah bencana itu.

Mujur menteri sosial inten suweno waktu itu. Tiba melayat memberi suport serta motivasi untuk selalu meneruskan kuliah sampai lulus.

“paling berasa itu saat lulus kuliah. Mulai nampak ada diskrimasi karena ada kekurang sempurnaan ini.” katanya.

Nasi telah jadi bubur. Perjuangan juga diawali. Bermacam lamaran untuk bekerja dia kerjakan. Untuk memperoleh pekerjaan yang pantas. Walau cukup banyak mendapatkan penampikan karena kebatasan fisik itu.

“pada akhirnya saya turut menolong kakak ponakan saya yang alumnus ipb. Kebenaran pakar memproses nata de coco.” katanya.

Gayung bersambut. Pada akhirnya sesudah sekian tahun mengangsu pengetahuan memproses sampah air kelapa itu. Keberanian untuk buka usaha sendiri juga pada akhirnya tumbuh.

“saya sampaikan permintaan untuk buka usaha sendiri serta ia meluluskan.” katanya.

Awalannya. Dia mengumpulkan bahan baku dari sampah air kelapa yang didapat dari pasar serta masyarakat seputar. Sampai sejurus selanjutnya diolahnya secara mendiri jadi produk buatan nata de coco.

“saya memproses bahan malam hari bersama suami. Karena siangnya bekerja dahulu.” katanya.

Hasilnya belum juga memberikan kepuasan. Walau produk nata de coco naza yang dia menghasilkan. Memperoleh tanggapan positif dari pasar. Meskipun skema pemrosesannya masih simpel.

“saya masih ingat keuntungan pertama itu sebesar rp150 ribu. Sampai pada akhirnya tebersit untuk memproses secara profesional.” katanya.

Perlahan-lahan tetapi tentu. Produk buatan nata de coco yang dia menghasilkan mulai dilirik pasar luar. Beberapa pengepul mulai tiba untuk dipasarkan kembali pada beberapa pabrik produk minuman buatan.

“sekarang ini produksi harian sekitar 4 ton. Jika satu bulan seputar 80-100 ton.” katanya.

Tidak sangsi dengan keseluruhan produksinya itu. Nia telah sanggup hasilkan pemasaran sampai rp200 juta per bulan. Dengan menyertakan sampai 36 karyawan masyarakat seputar.

“pokoknya kita usaha keras. Kerja pintar. Serta jangan putus asa.” katanya sedikit buka sela panduan kesuksesannya dalam buka usaha.

Nia menjelaskan. Langkah meramu nata de coco yang dia lakukan termasuk gampang. Bahan baku air kelapa yang dia dapatkan dari pasar atau lain tempat. Disaring untuk hilangkan bahan lain.

“jangan dibiarkan kelamaan. Karena makin lama tiap hari ph asamnya makin tinggi.” katanya.

Dalam memproses sampah air kelapa. Benar-benar tidak seharum memproses bahan makanan yang lain. Berbau menusuk ciri khas air kelapa. Tidak dapat dijauhi.

Awalannya. Pemrosesan yang dia lakukan masih konservatif memakai pemanasan kondensor. Tapi sayang produksinya tidak maksimal. Karena jumlahnya kebocoran.

“dengna metode riasg itu paling dua jam cuman hasilkan 25 nampan atau 250 helai.” katanya.

Tetapi. Sesudah memperoleh tuntunan tehnis dari pengiringan bank indonesia. Nilai produksi juga pada akhirnya tumbuh.

“saat ini 20 menit dapat hasilkan 4.000-5.000 helai.” katanya.

Dalam sekali memproses. Tutur ia. Diperlukan mikroba bakteri acetobacter xylinum yang dimasukkan pada dalam medium produksi berbentuk starter nata.

Selanjutnya. Tambah asam asetat atau asam cuka untuk turunkan ph atau tingkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang bagus ialah asam asetat glacial (99.8%). “kita memakai asam asetat buat makanan bukan urea untuk pertanian.” katanya.

Pada akhirnya. Sesudah tercampur bakteri dalam strater nata. Bakteri sanggup membuat serat nata sampai pada akhirnya hasilkan enzim yang bisa membuat zat gula. Sampai terlihat padat warna putih atau terbuka serta bisa disebutkan dengan arti nata.

Di periode wabah covid-19 yang belumlah pasti kapan usai. Beberapa aktor usaha dituntut untuk memeras otak dalam memulai usahanya. Supaya sanggup lagi bertahan. Ini berlaku untuk aktor usaha mikro. Kecil serta menengah (umkm).

 

error: Content is protected !!